Apakah Buta Energi itu?
Ini bisa dijelaskan sebagai berikut: bayangkan seseorang yang tingginya 3 meter, dan beratnya 40kg. Dalam benak Anda, tentu mudah terbayang seperti apa bentuk tubuh orang itu, bukan? Ini artinya Anda tidak buta Jarak atau Buta Berat!
Kalau saya katakan pagi ini saya sarapan 5kJ (kiloJoule) makanan, pasti Anda terbingung-bingung dengan pernyataan itu. Anda mungkin tidak mempunyai gambaran apakah jumlah tersebut banyak atau sedikit. Sama saja kalau saya ceritakan mobil saya sangat efisien energi karena hanya mengkonsumsi 5MJ (MegaJoule) per km. Lagi-lagi Anda tidak mempunyai indikasi apakah itu benar-benar efisien atau bahkan sangat boros. Anda tidak bisa menentukan apakah jumlah energi ini sedikit atau banyak karena kita tidak pernah berbicara mengenai kinerja energi mobil itu dalam Joule per km. Fakta bila orang tidak mempunyai gambaran apakah sejumlah energi itu sedikit atau banyak, itulah yang disebut Buta Energi.
Sebenarnya banyak orang dalam bidang energi pun mengalami Buta Energi karena mereka tidak pernah melihat di luar lingkup bidang industrinya. Pengusaha Minyak bicara dalam barel, Pengusaha kelistrikan dalam Watt, Megawatt dan GigaWatt, sedangkan pengusaha batubara bicara dalam metrik ton, pengusaha gas dalam meter kubik atau cubic feet, pengusaha energi alternatif bicara dalam Mtoe, pengusaha energi surya bicara dalam Wattpeak, pengusaha baterai bicara dalam Ampere-hour, pengusaha energi angin juga bicara dalam Watt walaupun seharusnya wind-watt-peak supaya seragam dengan pengusaha energi surya, ...dan daftarnya makin panjang.
Pantas aja masyarakat terjadi Buta Energi, karena satuan energi yang benar tidak pernah dipakai!
Tidak heran kita sampai pada krisis energi yang parah dan mendunia, sambil terus menerus membakar habis apa saja yang kita temukan, bahkan khusus menanam tumbuhan untuk menghasilkan bahan hanya untuk dibakar nanti... inilah yang terjadi kalau para pakar yang buta energi menasehati para politikus yang buta energi untuk menyuruh rakyat yang juga buta energi melakukan hal-hal yang memperparah krisis energi.
Kini waktunya kita mengatasi masalah krisis energi!
Langkah pertama untuk memberantas Buta Energi adalah menetapkan sebuah standar.
Itu seharusnya jelas sekali! Mengapa kita Sadar Jarak dan Sadar Berat adalah karena kita selalu mengukurnya dengan satuan standar yang sama, tidak peduli apakah mengukur panjangnya sebuah pintu, meja atau ruangan, ataupun berat sekarung beras, sebuah semangka atau sebungkus parsel. Jadi untuk memberantas Buta Energi, kita harus mulai menggunakan satuan standar yang sama untuk pengukuran semua jenis energi.
Satuan yang paling tepat untuk pengukuran energi adalah Joule, karena alasan sebagai berikut:
1) Joule sudah diakui sebagai satuan standar untuk pengukuran energi dalam sistem metrik.
2) Joule sudah luas dipakai di seluruh dunia dalam dunia kelistrikan (mungkin Anda belum pernah mendengarnya, karena selama ini Joule ditutupi oleh Watt. Definisi Watt adalah Joule per detik). Kebanyakan insinyur listrik tidak mengetahui itu sebab mereka hanya tahu sebatas definisi Watt = Arus x Tegangan... jadi, bahkan insinyur listrik pun masih buta energi...
Watt menipu konsumen yang suka memperhatikan energi...
Kalau Anda sangat mementingkan energi, dan mempunyai pilihan antara 2 jenis lemari es yang serupa tapi berbeda Wattnya, yang manakah yang Anda akan pilih, bila misalnya lemari es 1 menggunakan kompresor 70 Watt dan lemari es 2 sebuah kompresor 100 Watt?
Kebanyakan orang tanpa pikir panjang akan memilih yang 70 Watt, karena dikira mengkonsumsi energi lebih sedikit.
Disitulah Anda tertipu. Watt hanya memberi keterangan berapa Joule energi yang dikonsumsinya per detik, sedangkan kebanyakan alat rumah tangga menggunakan listrik dengan pola beban yang berubah-ubah sepanjang hari. Informasi mengenai satu detik tidak cukup untuk menentukan apakah alat itu efisien energi atau tidak.
Apa yang lebih penting adalah mengetahui berapa konsumsinya dalam skala Joule per jam atau per hari, atau bahkan per tahun.
Kita asumsikan lemari es 70W mempunyai kompresor yang menyala 3.000 detik per jam, berarti lemari es itu mengkonsumsi 70 x 3000 x 24 = 5.040.000 Joule per hari ( = 5 MJ per hari). Nah, bisa saja lemari es 100W menggunakan sebuah kompresor yang lebih efisien, dimana ia hanya menyala selama 1.000 detik per jam, berarti lemari es ini hanya mengkonsumsi 100 x 1000 x 24 = 2.400.000 Joule per hari ( = 2,4 MJ per hari).
Anda bisa lihat Wattnya alat listrik itu tidak mengatakan banyak mengenai berapa energi yang dikonsumsi, dalam contoh tadi lemari es 100W ternyata bisa mengkonsumsi hanya sekitar setengahnya energi yang dikonsumsi lemari es 70W. Ini berarti Anda bisa tertipu besar sebagai konsumen yang mementingkan energi, bila hanya fokus ke angka Watt yang rendah.
Apa yang wajib tertera di semua peralatan yang mengkonsumsi energi adalah berapa kJ atau MJ ia mengkonsumsi tiap jam, hari atau tahun, atau satuan skala hasil lainnya. Lampu dan TV biasanya dipakai dalam basis per jam, jadi perlu dilabel dalam MJ atau kJ per jam. Lemari es umumnya terus-menerus dipakai per hari atau per bulan, jadi sebaiknya dilabel berapa MJ dikonsumsinya per hari atau per bulan.
Bahkan sebenarnya Watt harus samasekali dihapus sebab informasinya mengaburkan fakta yang sebenarnya, dan tidak penting diketahui untuk mengoperasikan alat tersebut.
Yang perlu kita tahu adalah Energi dan Arus listrik untuk menentukan apakah instalasi kabel listrik kita dapat menanggung beban arus listrik yang dibutuhkannya. Angka Watt sama sekali tidak relevan; dan sepertinya hanya diciptakan 100 tahun lalu untuk membingungkan penguna energi listrik agar tidak bisa hitung konsumsi energi sendiri dan terpaksa selalu percaya penuh kepada perusahaan yang jualan energi listrik.
Nilai ekonomis akan terlihat dengan dua kondisi sbb:
1) Harga harga energi sudah mulai dicantumkan dalam jumlah Rp per MJ
2) Konsumsi alat-alat listrik di cantumkan dalam MJ per jam, hari, bulan atau tahun.
Misalnya kalau sebuah toko electronic pamerkan 3 buah kulkas sbb:
Kulkas 1 > 6.0 MJ/hari
Kulkas 2 > 2.5 MJ/hari
Kulkas 3 > 1.5 MJ/hari
Dan anda mengetahui 1 MJ harganya Rp 200
Langsung and bisa hitung onkos energi per hari dari kulkas tsb:
Kulkas 1 > 6.0 x 200 = Rp 1.200/hari
Kulkas 2 > 2.5 x 200 = Rp 500/hari
Kulkas 3 > 1.5 x 200 = Rp 300/hari
Dengan transparansi seperti itu automatis produk yg boros tidak akan laku dan produsen akan terpicu untuk terus menerus meningkatkan effisiensi.
Dengan Watt sebagai unit yg diperhatikan effisiensi tidak akan di tingkatkan oleh produsen; malah isolasi dari kulkas akan dibuat makin tipis karena lebih murah. Kompressor dari kulkas dgn isolasi tipis mengkonsumsi energi per detik (Watt) tetap sama dengan yg isolasi yg tebal....Jadi konsumen ketipu....
Yang jelas konumen harus menjadi sadar dan kalau konsumen sudah sadar dan perhatikan konsumsi energi yg sebenarnya dalam Joule. Produsen produk listrik tidak dapat menipu lagi dan harus meningkatkan effisiensi produknya kalau masih mau jualan produknya.
(Maurice Adema)
http://www.kajul.org/EnergyBlogID.php?Art=5