Barangkali bahaya merokok sudah diketahui secara luas, namun kini sebuah studi internasional berskala luas mengkonfirmasikan secara tegas betapa perokok pasif tak kurang bahayanya. Menghisap asap rokok yang diisap orang lain meningkatkan resiko seseorang untuk mengalami berbagai gangguan pernafasan. Yang lebih lagi, pajanan terhadap asap rokok ini ternyata bervariasi di berbagai penjuru dunia.
Contohnya, mereka yang terpajan asap perokok lain di tempat kerja hanya kurang dari 3% di Uppsala, Swedia, sedang di Galdakao, Spanyol angka ini mencapai 54%. Secara keseluruahn, eksposur terhadap asap secondhand di tempat kerja melipatduakan risiko seseorang menderita gangguan nafas dan "Secara signifikan dikaitkan dengan semua tipe gejala respiratori dan asma."
Perokok pasif, secara umum juga berhubungan dengan rasa berat di dada saat tidur, sesak nafas malam hari dan sesak setelah beraktivitas. "Menurunkan pajanan sukarela terhadap asap rokok di masyarakat, terutama tempat kerja, sangat dianjurkan untuk memperbaiki kesehatan respiratori," demikian disimpulkan Dr. Christer Janson dari Uppsala University di Swedia. Studi ini, yang memasukkan wawancara dan tes paru dari hampir 8000 bukan perokok dari 16 negara berbeda, telah dimuat dalam jurnal The Lancet. Studi ini melibatkan 13 negara di Eropa, Selandia Baru, dan AS.
Di Amerika, bisnis tanpa asap kini semakin meningkat, dengan 69% pekerja melaporkan bahwa mereka bekerja di bangunan yang melarang rokok, demikian data dari the National Cancer Institute. Sebagai perbandingan, kurang dari separuh pekerja yang disurvei di tahun 1993 -46%- bekerja di lingkungan bebas rokok. The US Surgeon General pertama kali memperingatkan bahaya dari “secondhand smoke'' di tahun 1986, menunjukkan bahwa pajanan terhadap asap tembakau meningkatkan angka kejadian kanker paru, penyakit paru dan jantung di antara para bukan perokok. (Temmy)